Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Di Sini Kami Menanam Mimpi

* Kami menanam mimpi di sini Pada tiap remah tanah dan kerikil Di antara sekat-sekat batu Jembatan kami menuju esok Jembatan menuju timur **Tanah ini milik negara! Sebuah jembatan beton nan mewah akan dibangun di sini! Biar kota ini indah! Menawan! *Negara yang mana? Negara KITA-kah? Atau negara-Mu? Dari perutNya kami lahir Bermanja di mata airNya sejuk Mengejar bianglala selepas hujan Dari perutNya kami makan Menghidupi setiap masa depan Di sini kami menanam mimpi! **Persetan! Tanah ini tanah bertuan! Hak negara! * Kau bicara HAK pada penenun keadilah Di telingaku gelegar itu adalah makian Kau merobek selendang IBUmu Kau merobek rahim dan hatiNya Kau memisahkan MERAH dari PUTIH, DARAH dariTULANG Anak siapakah dirimu? Anak siapakah kami? Di sini kami menanam mimpi! **Maaf! Tanamlah mimpimu di kolong jembatan Kelak setelah selesai kami bangun *Maaf! Robohkan saja tubuh kami Tetapi mimpi terus tumbuh Pisah

"BEKU” SANG NAGA LAUT YANG PERKASA (Bagian 1)

Oleh : Marselinus B. Lewerang Tarian tradisional yang satu ini memang tidak banyak dikenal tapi punya nilai folosofis sangat tinggi. Rugi bila tidak digali dan dipopulerkan sebagai tarian masal yang menunjukan jati diri. Orang menyebutnya dengan nama “Beku.” Entah sejak kapan seni perpaduan antara olah tubuh, suara dan alat musik ini diciptakan tak ada yang tahu. Yang pasti bahwa hingga sekarang masih sering dimainkan oleh masayarakat Lamaholot Timur yang berdomisili di wilayah Leragere-Lembata. Menurut catatan lepas Almahrum Drs. Stanis Atawolo (1996), istilah “beku” merupakan adaptasi dari bunyi “bek-ku, bek-ku, bek-kukukuku, be-ku.” Bunyi tabuhan gendang yang digunakan sebagai pengiring tari. Dalam tata irama bunyi tersebut dijadikan sebagai pemandu langkah kaki sekaligus penentu utama irama tari. Konon katanya tarian beku dibawa oleh sekelompok pengungsi dari pulau Nuha ata, yang kini menghuni wilayah Leragere. Sebagaimana catatan lepas Almahrum Ambros Oleona (1989), Nu

Geliat Ekonomi Desa

Cerita oleh: Asis Lewokeda   Nama Libu duduk bersilah di depan pintu kamar sebuah rumah kontrakan. Lelaki 59 tahun itu banyak bercerita mengenai kondisi masyarakat di sebuah desa daerah asalnya, desa Lewopao. Wilayah administratif   desa itu berada di Kecamatan Adonara Tengah, Kabupaten Flores Timur Desa Lewopao terdiri lebih dari seratus kepala keluarga. Mayoritas masyarakat di sana hidup sebagai petani. Kepemilikan lahan masyarakat tersebar. Ada wilayah lahan yang tersebar hingga ke daerah pantai di dekat Desa Waikewak, Kecamatan Adonara barat. “Penghasilan utama masyarakat di sana (di Desa Lewopao) dari hasil kelapa, kopi, dan kemiri. Hampir semua punya itu”, ujar Nama. Sebenarnya, lanjutnya, ada juga hasil tanaman lain seperti Vanili, namun ketidakstabilan harga Vanili dalam yang terjadi belakangan ini membuat para petani tidak serius mengurus. Tanaman Kakao yang juga seringkali bernasib naas dengan kondisi buah yang hancur. Di lain sisi, kemarau panjang menjadi

SWAKELOLA SEBAGAI ALTERNATIF RADIKAL

Oleh Ola Masan Bila agenda nasionalisme tidak mencukupi untuk menghadirkan pembebasan bagi proletariat, adakah alternatif radikal yang dapat diambil? Tentu saja alternatif tersebut dimaksudkan untuk menghapuskan fitur-fitur, watak dan keseluruhan sifat menghisap dari sebuah sistem produksi dan konsumsi yang eksis ini. Secara singkat, agenda utamanya adalah menegasikan keseluruhan sistem kapitalisme, tanpa ragu-ragu dan setengah-setengah, oleh karena kapitalisme eksis berdasarkan kerja untuk memproduksi komoditi. Hal tersebut hanya dimungkinkan lewat sebuah relasi sosial dan ekonomi yang hirarkis seperti majikan dan pekerja, maka untuk menegasikannya, sebuah relasi sosial sekaligus ekonomi harus diorganisir melampau bentuk-bentuk awalnya. Dan sebagai alternatif radikal yang dimaksud dapat dijumpai dalam bentuk swakelola. Swakelola pekerja adalah suatu model dalam mengoperasikan tempat kerja tanpa majikan atau manajemen hirarkis yang baku. Sebagai gantinya, tempat ker

TRANSFORMASI DAN SOSIOLOGI PEDESAAN

Oleh: Petronela Somi Kedan A.     Adonara   Idyll-Anti Idyll Salju kedua di bulan Desember, sebenarnya sudah cukup ampuh untuk meluluh lantakkan mataku supaya bersembunyi di balik selimut putih yang selalu kelihatan anggun dan mempesona. Dingin dan beku, bukan cuacanya, tetapi otakku,,,kalau ada masanya hangat adalah ketika pergi mengingat masa menunggui mamak membuat ramuan ajaib jahe, bawang putih dan madunya yang selalu membuat perut dan duniaku hangat. Atau hura bakar mamak tua1 yang selalu membuatku autis dan tak kenal dunia lain selain Lamaleka dan sambal belewa mamak tua-tua yang selalu membuat sebaskom nasi putih hangat ludas dalam sekejap oleh ku seorang yang sangat bijaksana ini (makin ngelantur),,,,  brrrrrrrrrrr Apa boleh buat untung tak dapat di raih, malang tak dapat di tolak, ujian tak dapat di hindari, ingin rasanya kabur dari ujian periode ini, sebagian karena trauma ujian dan sebagian karena alasan ideologis yaitu; males,,,hayah ^_^. Malam ini, sat