Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

PULANG KAMPUNG

Oleh: Sugali Adonara Seperti dugaan Maria sebelumnya, tak ada matahari setelah hujan. Sore menyergap dengan cepat dan langit begitu bersih dengan saputan awan pastel sedikit kemerahan, halus serupa sapuan kuas seniman. Tanah basah berwarna-warni, cokelat, merah dan hitam. Rumput-rumput lebih hijau, sedangkan yang merangas karena kemarau lampau menumbuhkan harapan pada tunas-tunas kecil baru. Langit segera kelabu. Pelan-pelan menghitam. Lalu bintang keluar satu-satu. Seperti kata orang tua-tua, hujan di siang hari akan melahirkan cahaya di malam hari. Maria melihat kerlap-kerlip yang asyik masyuk dalam khusyuk. Dan kemudian akan ada bunyi bertalu-talu dari rumah-rumah berdinding bambu. Samar-samar dari celah bambu, cahaya lentera menegaskan malam yang dingin. Memberi kehangatan. Menemani ina-ina mengolah jagung titi . Jagung titi ini nama dari makanan khas orang-orang kampung Maria. Lebih nikmat dari beras. Bila disuguhkan dengan segelas kopi atau teh bersama sayur-sayur olaha

KEMANA PARA PEMBERONTAK G.30 S/PKI PERGI KETIKA PAGI 1 OKTOBER 1965?

"Revolusi bukanlah pesta makan malam atau menulis sepotong esei", demikianlah kata Mao Tse Tung. Dan oleh karena itu, tidak boleh tidak, revolusi harus diselesaikan.  Revolusi bukan pertama-tama suatu pesta atau hobi tapi suatu kerja besar, dengan biaya besar. Dan dalam hal perebutan kekuasaan, biaya itu adalah nyawa. Harus dipastikan bahwa kita yang mengobarkan revolusi, harus tetap berada di atas untuk tak tergilas. Kalau tidak, habislah kita. Sebuah tindakan bunuh diri yang konyol.  Dengan resiko yg begitu tinggi seperti itu, orang tidak main-main dalam segalanya : perencanaan, tingkat kekerasan, tingkat terornya. Sehingga dikatakan revolusi memiliki logikanya sendiri. Ia tak memiliki hati untuk berbelas kasih walaupun pada pacar sendiri kalau ia anti revolusi. Revolusi menghendaki ketuntasan dan kepastian bahwa lawan telah habis dihabisi dan kekuasaan berada sepenuhnya dalam tangan. Tapi ketika pagi 1 Oktober 1965, kemanakah para pemberontak G.30 S/PKI itu pergi?

RAKYAT, RATU ADIL DAN KEPOLITISIAN EKSTRA PARLEMENTER

Kebodohan massa rakyat sangat dibutuhkan untuk melanggengkan kekuasaan. Yesus sendiri ditangkap dan disalibkan dengan melibatkan massa rakyat seperti ini. Jika saja mayoritas orang-orang ini memahami bahwa Yesus berjuang di pihak mereka, bisa terjadi, para penguasalah yang disalibkan. Pemilu datang dan pergi dan kita semua terlibat di dalamnya, menyukseskannya. Setelah itu mayoritas kita rakyat - para pemilih, merasa tugas kita telah selesai. Alat-alat negara telah kita pilih. Mereka sudah pasti menjalankan tugas-tugasnya sebagai alat untuk mengabdi kepada yg punya negara – rakyat . Kita rakyat - pemilih, seolah-olah menganggap bahwa orang-orang yang dipilih itu adalah "Ratu Adil" sehingga tak perlu ada upaya kontrol yg terus-menerus selepas pemilihan. Kenyataan menunjukan bahwa anggapan kita cukup melenceng. Mereka cumalah manusia-manusia biasa yang memegang kuasa negara. Hukum alam mengatakan, jika mereka tidak dikontrol mereka sudah pasti menjadi korup. Alat-a

AGAMA LOKAL, PENGINJILAN DAN BAYI YANG TERBUANG

Misionaris-misionaris awal dalam penyebaran agama Kristen datang ke daerah-daerah misi dibekali suatu doktrin-ajaran-defenisi situasi, atas daerah-daerah itu. Semangat mesianistik menggebu untuk membebaskan, menyelamatkan orang-orang di tanah misi itu dengan apa yang mereka punya : agama baru - Kristen, dengan segala kabar baiknya termasuk "keselamatan instan". Doktrin - ajaran - defenisi situasi itu adalah : Tanah-tanah misi yang hendak dituju itu adalah tanah-tanah kafir – dunia-dunia kafir, yang mesti diinjili, yang mesti diperkenalkan "Tuhan baru" itu, yang mesti dikristenkan. Orang yang belum mengenal "Tuhan Kristen", orang yang belum mengenal Kristus dengan segala ajarannya adalah orang-orang kafir. Singkat cerita, dunia di luar Kristen adalah kafir. Perang antar agama untuk merebut dan menanamkan pengaruh diberbagai wilayah misi menandai era awal pekabaran Injil disamping pembongkaran-pembongkaran "rumah-rumah ibadat" agama-agama

BERTUMBUH DAN BERKEMBANG DARI DASAR (Bagian 2)

Pemberdayaan Masyarakat/Pemberdayaan Diri Sifat yg relatif statis dan juga fatalis dari mayoritas petani memiliki alasan-alasan rasional. Untuk apa bereksperimen dengan inovasi-inovasi baru yang belum teruji untuk suatu hasil produksi yg mantap. Untuk apa ikut terlibat menentang korupsi jika itu berarti hanya cari musuh. Untuk apa bekerja keras menghasilkan materi yang berlimpah jika nasib sudah menggariskan bahwa itu mustahil. Sikap statis dan fatalis seperti ini menjadikan masyarakat selalu tak berdaya. Upaya-upaya penyadaran lewat belajar bersama atas realitas dapat merubah keyakinan-keyakinan itu, dan potensi kreatif mereka dapat dinyalakan kembali. Percaya sepenuhnya bahwa pemerintah/negara bersifat murah hati dan dengan sendirinya selalu konsisten mengupayakan perbaikan kondisi-kondisi hidup adalah naif. Jika mereka menjadi sangat kuat, sementara warga masyarakat sangat lemah, mereka bisa saja tidak perduli terhadap kepentingan publik. Yang dipentingkan adalah kesejahter

NEGERI MIKIR (MILITAN KRITIS)

Oleh Tuto Dosin Tanahku tumbuh padi dan jagung..  Kemarau panjang masih tersisa di lumbung..  Karena terlahir sebagai orang gunung..  Semua luka dan duka tertanam di kampung..  Tanahku kering di makan matahari..  Pecah-pecah menambah kelaparan diri..  Usaha tak perna habis memenuhi perut sendiri..  Sebab kami tak lahir untuk menunggu pendiri...  Negeriku,negeri militan kritis..  Berpikir dan berdiskusi di antara kopi pahit dan manis..  Karena kami bukan generasi apatis..  Terlahir di ujungnya negeri penuh cerita piluh..  Membuat kami bergerak tak mau mengeluh..  Berpikir kritis adalah kemampuan terbaik daripada duduk berkeluh..  Nenek moyang mewariskan akal dan keberanian..  Tinggal kami menanam perdamaian dan kepercayaan..  #adonara,awal agustus yang kering..