Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

JIKA PENELOPE CRUZ DAN/ATAU JULIA ROBETS TELANJANG

(Globalisasi Dan Siasat Kita) Jika kita sulit memahami apa itu globalisasi, maka cari saja penjelasan dalam dunia mode: apa itu pakaian atau potongan rambut, maka menjadi sedikit lebih jelas "potongan" globalisasi itu. Jika di Paris, yang terkenal sebagai kota mode dunia, orang cendrung menyukai warna merah dan potongan rambut cepak untuk model pria maupun wanita, maka di seluruh dunia semua orang muda cendrung memakai baju berwarna merah dan berambut cepak. Dunia pabrik kainpun dengan segera merubah warna-warna kainnya untuk menyesuaikan kecendrungan di Paris. Kecendrungan ini kadang-kadang sulit dipahami karena pada dasarnya semua manusia itu tidak sama dalam segala hal : selera, gaya hidup, kekuatan ekonomi, pemikiran. Tapi kenapa kita menyukai sesuatu yang bersifat penyeragaman? Ide "sense of belonging" memberi jawab. Bahwa "rasa termasuk ke dalam suatu kelompok", juga adalah kebutuhan, sama seperti orang butuh makan nasi, minum teh bo

PREMANISME POLITIK SEBAGAI KETIDAKDEWASAAN BERPOLITIK

Oleh:  Ryko De Buser Di Flores Timur (Flotim) saat ini, situasi semakin membahana dengan gejolak dan isu-isu Pilkada, berbagai jagoan dengan caranya masing-masing mulai menampakan diri mereka diatas permukaan. Parah komunikator politik sudah mulai heboh dengan mengobral kata-kata. Ya, lebih tepatnya, bermain kata-kata ( language game ). Semua calon berupaya terlihat sempurna di mata masyarakat Flotim. Dalam teori dramaturgi Erving Goffman, panggung depan ( front stage ) kandidat dikemas sedemikian rupa untuk menyihir khalayaknya guna mendapatkan kesan positif atau dalam bahasa Goffman disebut sebagai impression management (manajemen kesan). Padahal, apa yang dipertontonkan di depan panggung itu hanya sekadar drama belaka guna pencitraan politik(political imaging). Semua momen akan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Setiap tim sukses dari tiap Paket calon juga bekerja ekstra menarik hati masyarakat. Terjadilah pertarungan janji-janji membual yang terkadang jauh dari nalar