Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

SUDAH SEHARUSNYA KITA KEMBALI LALU MENAPAK LEBIH TINGGI (Bagian 2)

Gambar
Pagi ini mentari tak menampakan wajahnya lantaran malu melihat sekawanan awan yang gagah perkasa menari menyelimuti bumi. Tak lama kemudian hujan turun menyapa kampungku, membasahi perkebunan yang telah lelah menanti kehadirannya. Keresahan masyarakat kami akirnya berunjung dan para petani mulai sibuk mengolah lahan mereka. Aktivitas berkebun sangat rutin dilakukan masyarakat selama musim hujan berlangsung. Kondisi musim  sangat menentukan nasib para petani untuk bisa mendapatkan hasil yang melimpah. Hal demikian berbanding terbalik dengan masyarakat di kota-kota besar. Musim hujan justru menjadi ancaman masyarakat perkotaan karena akan mendatangkan banjir hingga melumpuhkan perekonomian setempat. Kampungku luar biasa bukan? Lebay nih...Hehe Pekerjaan para petani di kampungku masih bergantung pada musim sehingga pendapatan mereka juga tergantung dengan musim yang ada. Biasanya para petani  memanen hasil pertanian  setiap tiga bulan sekali. Belum lagi alam yang tak bersahaba

SUDAH SEHARUSNYA KITA KEMBALI LALU MENAPAK LEBIH TINGGI (Bagian 1)

Gambar
Senja dikala itu begitu indah menghiasi perkebunan di kampung halamanku. Mata tak jemuh-jemuh menikmati kebun beserta segalah isinya. ‘’Alangkah indahnya alam ciptaan-Mu Tuhan.” Demikian perkaatan yang kusampaikan dalam lamunanku. Tak terasa malam menghampiri, menyadarkanku dalam lamunan indah. Akhirnya kujajahkan kaki pada setapak nan kecil berkerikil di kelilingi pepohonan kelapa menyaksikan langkahku. Seketika tiba hembusan angin bercampur aduk dengan kicauan burung menjadi satu; menghasilkan suara harmonis menghantar perjalanan pulangku. Kampungku merupakan daerah agraris; daerah dengan limpahan hasil pertanian dan perkebunan. Masyarakat hidup dari lahan ini sampai bisa menyekolahkan anak-anak hingga ke jenjang perguruan tinggi. Hebat bukan? Bukan hanya itu saja, kampungku juga menyimpan banyak keistimewaan yang lain seperti keragaman agama, suku dan budaya yang membuat kampungku menjadi berwarna seindah pelangi di kalah hujan berlalu. Perbedaan adalah kekuatan masaya