KEMANA PARA PEMBERONTAK G.30 S/PKI PERGI KETIKA PAGI 1 OKTOBER 1965?
"Revolusi bukanlah pesta makan
malam atau menulis sepotong esei", demikianlah kata Mao Tse Tung. Dan oleh
karena itu, tidak boleh tidak, revolusi harus diselesaikan. Revolusi bukan pertama-tama suatu
pesta atau hobi tapi suatu kerja besar, dengan biaya besar. Dan dalam hal
perebutan kekuasaan, biaya itu adalah nyawa.
Harus dipastikan bahwa kita yang
mengobarkan revolusi, harus tetap berada di atas untuk tak tergilas. Kalau
tidak, habislah kita. Sebuah tindakan bunuh diri yang konyol. Dengan resiko yg begitu tinggi seperti
itu, orang tidak main-main dalam segalanya : perencanaan, tingkat kekerasan,
tingkat terornya. Sehingga dikatakan revolusi memiliki logikanya sendiri. Ia
tak memiliki hati untuk berbelas kasih walaupun pada pacar sendiri kalau ia
anti revolusi. Revolusi menghendaki ketuntasan dan kepastian bahwa lawan telah
habis dihabisi dan kekuasaan berada sepenuhnya dalam tangan.
Tapi ketika pagi 1 Oktober 1965,
kemanakah para pemberontak G.30 S/PKI itu pergi? Pasukan yang semalam tanggal 30
September begitu revolusioner, begitu beringas, begitu tertata rapih, begitu
terorganisir dengan baik dan begitu berdisiplin tinggi sehingga berhasil
menculik dan membunuh tuju jendral, Kemanakah mereka pergi pada pagi 1 Oktober
1965 itu?
Sejarah tak begitu jelas tentang ini.
Logisnya, pasukan yang semalam itu akan bertempur habis-habisan, sebab menyerah
berarti mati. Dan mereka tahu itu.
Mestinya sebuah pertempuran yang
begitu seruh terjadi pada 1 Oktober 1965 ketika militer mencoba melakukan
kontra kudeta. Tapi perkiraan dan logika seperti ini tak terbukti benar. Sebab
pasukan yang semalam yang begitu gilang-gemilang dapat dengan sangat mudah
ditaklukan.
Sepertinya tak ada itu pasukan yang
revolusioner, tak ada itu pasukan yang begitu beringas, tak ada itu pasukan yang
tertatah dengan rapih. Sepertinya tak ada itu pasukan yang begitu terorganisir,
tak ada itu pasukan yang begitu berdisiplin tinggi. Sepertinya tak ada pasukan
seperti itu yang memenuhi tuntutan sebuah revolusi yang digerakan oleh mereka.
Karena mereka dengan sangat mudah ditaklukan cuma dengan satu gertak saja dari
pihak militer.
Kolonel Soeharto muncul. Ia langsung
mengambil alih komando. Keadaan dengan sangat mudah dapat dikuasai dan dikendalikan.
Sementara Jendral Abdul Haris Nasution yang selamat dalam kudeta itu, yang
merupakan satu-satunya pimpinan tertinggi di Angkatan Darat, tak berada pada
pucuk pengambil keputusan untuk pengaman situasi atau pengendalian situasi
ataupun untuk melakukan kontra kudeta. Tidak!
Kembali sejarahpun tak begitu jelas
untuk itu. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Kita semua tahu, keadaan dengan mudah
dikuasai tanpa perlawanan berarti. Sejak saat itu PKI dan G.30S-nya terkubur
mati. Soekarno kemudian jatuh. Soeharto kemudian naik jadi presiden. Sementara
Abdul Haris Nasution terdepak bahkan dicekal puluhan tahun. Aneh.
Sementara itu kelihatan sejarahpun
belum menulis kenapa itu terjadi? Kenapa ia tak memiliki "bulan madu"
seperti pada hari-hari tuanya? Kenapa? Dan daftar terperinci para pemberontak
tak pernah jelas sampai hari ini. Yang cuma jadi bintang adalah Kolonel Untung.
Itupun sesaat kemudian redup atau diredupkan. Mati. Padahal dari dialah kita
dapat mengorek semua hal tentang pemberontakan it: motifnya, otaknya, penunggangnya,
kekuatannya dan kenapa mereka memberontak?
Dan kematian Untung dan kematian semua
mereka yang penting-penting dari PKI pun tak jelas sampai hari ini. Setidak-tidaknya
dalam suatu mahkama peradilan yang bebas dan adil tempat setiap orang berhak
membela diri dan mengajukan bukti-bukti yang menunjukan ketidakterlibatannya.
Asas praduga tak bersalah mestinya ada sehingga kebenaran dari kejadian yang
sebenarnya dapat muncul. Sebuah bukti yang sahi, yang menunjukan bahwa PKI
terlibat dengan G.30.S-nya untuk merebut kekuasaan, saya kira belum ada sampai
hari ini. Dan berkali-kali Abdul Haris Nasution malah bilang, "Musuh utama
kita adalah ketidakadilan". Ia tidak menyinggung-nyinggung komunis atau
PKI.
Sejak 1965 sampai hari ini,
pertanyaan-pertanyaan seputar G.30 S/PKI sepertinya tak dikritisi lagi. Karena
sejak peristiwa itu kita disarankan untuk tak berpikir lagi tentang hal-hal
diseputar G.30 S/PKI. Mereka memberontak, mereka mau merubah Pancasila dasar
negara. Dan mereka sudah berhasil ditumpas. Pancasila terbukti sakti. Tak dapat
diubah malah dapat membunuh calon pengubah. Selesai. Yang terpenting kita
membangun dan terus membangun.
Kita jadi lupa bahwa politik dan
kekuasaan bukanlah hal yang selalu hitam putih seperti yang dikatakan penguasa.
Pancasila tidak membunuh orang sebab ia bukanlah manusia yang berkuasa.
Penguasalah yan membunuh orang-orang. Dan kalau benar G.30 S/PKI itu
benar-benar ada, itu adalah soal perebutan kekuasaan.
da Ama Nu'en
Bani Tulit
Mutiara Dari
Woka Belolon
Komentar