SUDAH SEHARUSNYA KITA KEMBALI LALU MENAPAK LEBIH TINGGI (Bagian 2)
Pagi ini
mentari tak menampakan wajahnya lantaran malu melihat sekawanan awan yang gagah
perkasa menari menyelimuti bumi. Tak lama kemudian hujan turun menyapa
kampungku, membasahi perkebunan yang telah lelah menanti kehadirannya.
Keresahan masyarakat kami akirnya berunjung dan para petani mulai sibuk
mengolah lahan mereka.
Aktivitas
berkebun sangat rutin dilakukan masyarakat selama musim hujan berlangsung. Kondisi
musim sangat menentukan nasib para
petani untuk bisa mendapatkan hasil yang melimpah. Hal demikian berbanding
terbalik dengan masyarakat di kota-kota besar. Musim hujan justru menjadi
ancaman masyarakat perkotaan karena akan mendatangkan banjir hingga melumpuhkan
perekonomian setempat. Kampungku luar biasa bukan? Lebay nih...Hehe
Pekerjaan para
petani di kampungku masih bergantung pada musim sehingga pendapatan mereka juga
tergantung dengan musim yang ada. Biasanya para petani memanen hasil pertanian setiap tiga bulan sekali. Belum lagi alam yang
tak bersahabat membuat produktivitas menurun dan pendapatanpun jelas menurun.
Kondisi ini mulai terlihat beberapa tahun belakangan. Perubahan musim yang tidak
jelas membuat para petani harus menelan pil pahit. Mereka tak berdaya
mengembangkan lahan yang ada dengan keterbatasan pengetahuan dan modal yang dimiliki.
Bumi terus
berputar zaman terus berubah teknologi terus berkembang. Fasilitas mulai mudah
ditemukan. Namun keresahan masyarakat di kampungku tak kunjung usai. Terlebih
lagi melonjaknya harga sembako
(kebutuhan pangan) menambah beban keresehan para petani yang pada dasarnya
mempunyai pendapatan dibawah standar kebutuhan.
Pemerintah
daerah yang menjadi harapan atas problem
yang dialami masyarakat memilih diam tanpa memberikan solusi terkait masalah
para petani. Pemerintah hanya memberi janji bukan bukti. Para petani justru
harus berusaha sendiri untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi.
Begitu malang nasib petani kami. Mungkinkah anda prihatin dan mau membantu para
petani? Ya benar. Sudah seharusnya kita sadar dan berbuat sesuatu untuk para petani
sebab dari merekalah kita bisa mengisi perut kita hingga saat ini.
Pemberdayaan
masyarakat oleh pemerintah daerah memang ada. Hanya saja tidak sesuai kebutuhan masyarakat
setempat. Program permberdayaan yang dilakukan pemerintah hanya dibuat agar
dibilang punya kerjaan. Tindakan ini dilaksanakan hanya sebagai tameng untuk
menutupi kebusukan. Tidak ada perubahan yang muncul dan keresahan masyarakat masih
saja sama. Sekilas penetrasi yang luar binasa dari pemerintah daerah di
kampungku.
Breng..breng..pittpitt..Terdengar
suara berisik kendaraan bermotor dan klakson mobil yang memporak-poradakan
suasana sekitar. Kelap-kelip lampu yang berada hampir disetiap sudut jalan
menentukan identitas sebuah kota. Ditempat inilah para anak muda di kampungku
melanjutkan studi strata satu (kuliah).
Menyeberangi pulau dan mengarungi samudra untuk menimbah ilmu. Seiring
bertambahnya usia dan pengetahuan membuat sekelompok mahasiswa dari kampungku
mulai peka dengan kondisi yang terjadi di kampung halaman. Kegelisahan datang
menghantui sekelompok anak muda ini dan kesadaran perlahan mulai muncul dari
hati nurani mereka untuk sebisa mungkin membantu dan menjawab keresahan yang
dialami masyarakat di kampung halaman.
Rutinitas
perkulihan yang dijalani tak mengurung niat mereka untuk glekat lewotanah (berbakti
untuk nusa dan bangsa). Akhirnya terbentuklah sebuah organisasi daerah yang
menghimpun segenap kaum muda dari kampungku yang berada di kota tersebut. Lewat
wadah ini kami mulai sering bertemu, melakukan diskusi hingga menganalisa
kondisi yang terjadi kampung halaman.
Dari keseringan
berkumpul dan berdiskusi, sekelompok anak muda ini kemudian bersepakat untuk
melakukan sebuah tindakan kongkrit melalui kegiatan yang diberi nama “Paket Pulang
Kampung” sebagai solusi menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat di kampungku.
Tindakan nyata yang dilakukan sekelompok anak muda ini patut diberi apresiasi.Dengan
kegiatan seperti ini, keresahan masyarakat perlahan akan terbantu. Resah
gelisah yang selama ini dirasakan bisa berujung.
Mahasiswa (anak muda) adalah golongan berintelek, kaum revolusioner dan di pundak mereka masyarakat menaru tanggung jawab. Di tangan merekalah masyarakat menaru harapan dan di generasi merekalah perubahan itu datang. Ini bukan menyangkut kesadaran namun inilah takdir sebagai mahasiswa. Pada hakikatnya ini sudah menjadi tugas dan amanat yang harus dijalankan oleh kita; para mahasiswa. Mari menapak lebih jauh untuk hidup yang lebih baik.
Yanto Sait
Ketua Generasi
Muda Adonara (GEMA) Surabaya
Komentar