UBSP Untuk Kemandirian Ina-Ina Baniona: Simpanan mencapai 40-an juta rupiah

Waiwerang, RAKIT. Ina Filomena, seorang ibu asal Baniona menggagas diadakannya UBSP (Usaha Bersama Simpan Pinjam) untuk ibu-ibu rumah tangga di desanya. Ditemui di sela-sela perumusan mimpi ‘Adonara Berdaulat 2021’, ia mengaku tersentuh dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di desanya hampir-hampir tidak punya penghasilan sendiri. Andalan untuk penghasilan mereka adalah menjual kayu dan memelihara ternak."Saya tersentuh dengan kehidupan ibu-ibu yang belum bisa mandiri," katanya. Ia mencontohkan, untuk keperluan ajino (bumbu penyedap-red) saja ibu-ibu itu mesti mengambil dari tetangga. Tekadnya, mereka harus bisa mandiri.Dengan motto 3S (Sendiri, Sedikit, Sekarang);“Sendiri: berusaha mewujudkan sendiri tanpa menunggu bantuanSedikit: memulai dari yang sedikit, tanpa mesti harus secara besar-besaranSekarang: jangan ditunda, mulai dari sekarang.”kelompok UBSP akhirnya dibentuk. Kelompok ini menghimpun seluruh ibu rumah tangga Baniona.

Memulai dengan sejumlah simpanan pokok dan simpanan wajib bulanan sebesar seribu rupiah, kegiatan UBSP pun dijalankan. Kini, Ina Filomena tetap mengambil peran sebagai pendamping. Kegiatan UBSP pun sudah berkembang dan simpananya mencapai 40-an juta rupiah.Ditanyai kiat-kiat memulai dan menjalankan kegiatan, menurutnya, anggota lebih terbantu karena keberadaannya di desa pada saat itu dan prinsip bahwa warga tidak boleh terus-terusan susah. Dalam kelompok tersebut, para ibu rumah tangga pun dibimbing tentang tatakelola ekonomi rumah tangga.Menurutnya, memulai gerakan ini memang sulit, tetapi ia mendorong supaya informasi mula-mula tentang rencana pembentukan kelompok sampai kepada setiap suami untuk mendapat dukungan dari mereka. Akhirnya, respon positif untuk memulai kegiatan didapat pada pertemuan pertama seluruh ibu rumah tangga Baniona.Tentang fakta bertahannya kelompok sepeninggal dirinya sebagai ketua kelompok, ia ternyata punya persiapan sendiri.

"Kepada para pengurus diadakan pelatihan administrsi dan kepemimpinan", katanya. Dalam kegiatan mereka, nilai-nilai kepemimpinan yang sederhana diperkenalkan. Contohnya adalah kiat merangkul jika ada anggota yang putus asa, dan psikologi ibu-ibu  ibu-ibu yang mudah tersinggung pun mesti disiasati. "Misalnya jika ada ibu yang tidak melaksanakan kewajiban bulanan, kami mengadakan arisan dalam kelompok untuk membantu ibu tersebut tanpa ia merasa bergantung kepada kami."

"Di samping itu, kami juga berprinsip bahwa biar kita makan daun ubi, asal anak-anak generasi penerus harus mengenyam pendidikan yang lebih baik.” katanya. (smpt).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGALI KEBUDAYAAN KAMPUNG ADAT ATAKOWA

"BEKU” SANG NAGA LAUT YANG PERKASA (Bagian 1)

AGAMA LOKAL, PENGINJILAN DAN BAYI YANG TERBUANG